home

Tuesday, May 1, 2007

Bakmi Jawa, Kisah Dari Mulut ke Mulut.

Suatu saat saya berkunjung ke Jogja untuk silaturahmi dengan beberapa sahabat yang memiliki bisnis/usaha yang berjalan bagus di sana. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah warung bakmi jawa yang setiap malam selalu dipenuhi oleh para pembeli. Rata-rata pembelinya adalah rombongan besar yang menggunakan beberapa mobil sekali datang. Ternyata mereka berasal dari daerah yang lumayan jauh. Bahkan tak jarang pula didatangi rombongan dari Pejabat Daerah maupun pejabat dari Pemerintahan pusat.

Jangan dulu membayangkan bahwa warung tersebut terletak di pusat kota Jogja yang strategis, di pinggir jalan utama yang lalu lintasnya ramai dan memiliki arsitektur khas Jawa yang menarik. Anda salah besar. Warung tersebut ternyata terletak di dalam sebuah perkampungan yang agak jauh dari pusat kota Jogja. Jalan masuknyapun sangat sempit meskipun bisa dilalui kendaraan roda empat. Dan yang lebih tidak meyakinkan adalah jalan tersebut tidak tembus ke mana-mana alias buntu. Jadi kalau kita mau pulang ya harus melalui jalan yang sama saat kita menuju ke sana. Bangunan yang digunakan terbuat dari kayu dan anyaman bambu sederhana yang semi permanen.

Apa yang mereka lakukan sehingga warung itu begitu ramai dikunjungi pembeli? Jangan dulu berfikir soal mistik yang aneh-aneh. Karena warung tersebut ternyata memiliki beberapa trik berpromosi yang sangat unik.

Saat mulai membuka warung Bakmi jawa ini, pemiliknya sebenarnya masih seorang karyawan rendahan di pemerintahan daerah. Tugasnya adalah membawa kendaraan dinas salah satu pemimpin di kantornya. Selesai bekerja dia selalu mengurusi warungnya dari mulai belanja ke pasar, memasak sampai melayani konsumen. Saat belanja ke pasar itulah Beliau mulai melakukan strategi uniknya. Beliau sengaja mencari warung-warung bakmi yang ramai pembelinya dan ikut makan di sana. Di sela-sela menikmati bakmi itu Beliau selalu menyempatkan untuk membuka percakapan dengan sesama pembeli di kanan-kirinya. Dia selalu berkomentar sebagai berikut : “Bakmi ini enak ya…. Bapak-bapak di sini pasti gemar makan bakmi ya? Tahu tidak di Jogja ini ada bakmi yang jauh lebih enak dari tempat ini! Saking enak dan terkenalnya banyak para pembelinya yang datang dari jauh loh.” Karena rata-rata yang makan di situ adalah penggemar bakmi yang merupakan target sasarannya, biasanya beberapa diantara para pembeli itu langsung bertanya : “Di mana?” Saat itulah Beliau langsung memberikan alamat warung berikut petanya tanpa membuka identitas pemiliknya yang tentunya dirinya sendiri.

Apa yang terjadi akibat perbuatannya tersebut? Beberapa orang yang terprovokasi/tertarik dengan referensi terselubung tersebut di lain waktu akan mencari alamat yang mereka dapat. Namun karena lokasi warung yang memang terpencil dan di dalam perkampungan, maka alamat tersebut agak sulit di cari. Oleh sebab itu mereka akan banyak bertanya kepada orang yang ditemui di jalan. Makin banyak orang yang bertanya lokasi bakmi “yang katanya terkenal” tersebut, maka orang-orang yang ditanyapun juga ikut penasaran dan di lain waktu ikut-ikutan mencoba bakmi tersebut. Bukankah ini termasuk trik promosi dari mulut ke mulut yang jitu?

Saat bekerja di kantorpun Beliau tak lepas untuk selalu mempromosikan warungnya bahkan kepada atasannya. Kalimat saktinya adalah: “Ada bakmi yang paling enak di Jogja ini yaitu di jalan……” tentunya dengan merahasiakan identitas pemiliknya yaitu dirinya sendiri.

Trik tersebut tidaklah bermaksud untuk membohongi orang lain, tetapi semata-mata agar orang merasa penasaran dan ingin tahu. Selebihnya tentunya kalau makanannya tidak enak tentunya juga tidak akan berfungsi apa-apa. Jadi makanan yang dijual juga harus enak. Hal utama yang menjadi modal setiap warung makanan tentunya adalah cita rasa. Warung Bakmi Jawa ini memang mampu mempertahankan rasa yang enak pada setiap hidangan yang mereka buat. Tanpa menggunakan Vetsin dan hanya menggunakan bumbu yang alami. Pembeli yang sudah jauh-jauh datang sampai nyasar ke mana-manapun akhirnya juga akan puas setelah menyantap Bakmi Jawa tersebut dan kembali ke rumah dengan cerita yang menarik serta memberikan referensi yang positif kepada orang lain.

Ada trik lain yang termasuk unik dalam mempromosikan keberadaan warung Bakmi Beliau. Suatu saat Beliau sedang jalan-jalan dengan istrinya dan tiba-tiba mendapat ide menarik saat melewati sebuah stasiun radio swasta. Beliau segera masuk ke kantor stasiun radio tersebut dan minta formulir yang berisi “kirim-kirim lagu dari dan untuk pendengar radio”. Dalam formullir tersebut Beliau memilih lagu sekaligus menuliskan pesan yang bunyinya seperti ini: “Salam manis dari ….. untuk sahabatku …… kapan kita ketemu lagi di warung Bakmi Jowo. Bakminya enak sekali loh...!” Pada titik-titik tersebut Beliau tuliskan nama orang sekenanya saja. Toh para pendengar tidak ada yang tahu. Di kesempatan lain pada acara yang sama dia menelpon stasiun radio tersebut dan membalas sendiri salam tersebut seolah-olah dari orang yang namanya dikirimi lagu. Beliau lakukan hal tersebut kepada beberapa stasiun radio dan kirim salamnyapun dibuat saling sahut-menyahut yang intinya membicarakan warung Bakmi Jowo miliknya. Tentunya hal ini akan membuat penasaran para pendengar radio dan banyak yang jadi ingin tahu. Di sini bisa kita lihat bahwa Beliau melakukan promosi terselubung yang sangat jitu tanpa mengeluarkan biaya iklan yang banyak.

1 comment:

Alfa said...

Bakmi jawa memang nikmat sekali, sesuai dengan selera saya.