Ketika Anak saya sakit, selain telah membawanya ke dokter dan memberinya obat sesuai anjuran, saya juga menyempatkan diri untuk membaca berbagai literatur KESEHATAN yang ada di dunia maya. Niatnya adalah agar bisa merawatnya di rumah supaya cepat bisa sembuh dan bersekolah kembali. Sampai suatu ketika saya membaca sebuah artikel menarik tentang dunia Kesehatan yang ternyata bahwa Ilmu kedokteran modern yang sekarang banyak dipakai di dunia ini banyak merujuk pada karya ilmiah seorang
Muslim di masa lampau yaitu
Ibnu Sina atau orang barat memanggilnya
Avicenna.
Berikut adalah salah satu tulisan dari banyak tulisan yang saya baca, dan yang saya Copas ini adalah dari Republika online. Silahkan membaca atau langsung menuju link yang bersangkutan.

Dialah yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya.
Dunia
Islam memanggilnya dengan nama Ibnu Sina. Namun di kalang an orangorang
Barat, ia dikenal dengan panggil an Avicenna. Ia merupakan seorang
filsuf, ilmuwan, dan juga dokter pada abad ke-10. Selain itu, Ia juga
dikenal sebagai seorang penulis yang produktif.
Dan sebagian
besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan. Bagi banyak
orang, Ibnu Sina adalah Bapak Pengobatan Modern. Selain itu, masih
banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya, terutama berkaitan
dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan
rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina lahir
pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah
Uzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari Balkh Khorasan adalah
seorang pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005
M).
Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar
biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain
menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu
kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar
mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan
melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru
dari perawatan.
Profesinya di bidang kedokteran dimulai sejak
umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil
menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti
Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa itu tidak berhasil
menyembuhkan penyakit sang raja.
Sebagai penghargaan, sang raja
meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama
sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan
halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah
perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah
ilmunya yang luas makin bertambah.
Ibnu Sina selain terkenal
sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli
dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika
dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai
seorang fisikawan.
Tak hanya itu, ia juga mendalami
masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak
menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan
filsafatnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya
meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu
dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya
setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di
sinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan
Al-Biruni. Ia kemudian berguru kepada Al-Biruni.
Setelah itu Ibnu
Sina melanjutkan lagi perjalanannya untuk menuntut ilmu. Rayy dan
Hamadan adalah kota selanjutnya, sebuah kota dimana karyanya yang
spektakular Qanun fi Thib mulai ditulis. Di tempat ini pula Ibnu Sina
banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah lelah, ia
melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi
tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir
karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu
kedokteran khususnya.
Tentu tak berlebihan bila Ibnu Sina
mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena perkembangan dunia
kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga
banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Dalam
Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan
item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga orang yang
memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan
selama tujuh abad lamanya.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan
menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama
kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh
manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan.
Ia
adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan
kesehatan jiwa berada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia
mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama
pathology dan farmasi, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.
Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang
tak kalah dahsyatnya. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu Sina ini.
Sebuah
kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di
dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia
kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini di kenal dengan nama Sanati.
Ibnu
Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau pergi
setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia.
Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, tapi ilmu dan
karyanya sampai sekarang masih berguna.
Mendapat banyak gelar
Kebesaran
nama Ibnu Sina terlihat dari beberapa gelar yang diberikan orang
kepadanya. Di bidang filsafat ia mendapat gelar asy-Syaikh ar-Rais (Guru
Para Raja). Dalam bidang filsafat, ia memiliki pemikiran keagamaan yang
mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya.
Ketajaman
pemikiran dan keda -laman keyakinan keagamaannya seca ra simultan
mewarnai alam pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang
agamis dalam berfilsafat. Sementara al-Gazali menjulukinya sebagai
filsuf yang terlalu banyak berpikir.
Seperti pendahulunya,
al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina mengakui bahwa alam diciptakan secara
emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan menciptakan alam dalam arti
memancarkannya. Ia juga mengemuka kan pemikiran filsafat tentang jiwa
(annafs) dan kenabian. Ibnu Sina berpendapat bahwa nabi adalah manusia
terunggul dan pilihan Tuhan. Filsuf hanya dapat menerima ilham,
sedangkan nabi menerima wahyu. Oleh karena itu, ajaran nabi harus
menjadi pedoman hidup manusia.
Di bidang kedokteran ia mendapat
julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para pembesar negeri
pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan. Para
pembesar negeri tersebut di antaranya Rtau Sayyidah serta Sultan Majdud
dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadan, dan Alaud Dawla dari Isfahan.
Karenanya dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai puncah atau Bapak ilmu
kedokteran.
Bukan hanya dalam filsafat dan kedokteran saja Ibnu
Sina memberikan andil dan pemikirannya. Ia juga turut serta ambil bagian
dan memberikan andil pada berbagai ilmu pengetahuan pada zamannya, di
antaranya yang menonjol adalah ilmu astronomi. Ibnu Sina menambahkan
dalam bukunya al-Magest (buku tentang astronomi) berbagai problem yang
belum dibahas, mengajukan beberapa keberatan Euclides, meragukan
pandangan Aristoteles tentang kesamaan bintang-bintang tak bergerak,
kesamaan satuan jaraknya, dan sebagainya. Untuk itu di dalam buku
Asy-Syifa, ia menguraikan bahwa bintang-bintang yang tak bergerak tidak
berada pada satu globe.
Ibnu Sina juga banyak membuat
rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang
tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena
atmosfer, seperti angin, awan, dan pelangi. Sementara orang yang sezaman
dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian
mereka.
Karya Sang Dokter
Sepanjang hayatnya, Ibnu
Sina banyak menu lis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang
yang ditekuninya. Jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku
maupun risalah.
Karya-karyanya itu antara lain :
Qanun fi Thib
Kitab
ini ditulis ketika ia menuntut ilmu di Rayy dan Hamadan. Qanun fi Thib
yang dalam bahasa Inggris telah diterjemahkan dengan nama The Canon of
Medicine, berisi tentang berbagai macam cara penyembuhan dan
obat-obatan. Didalamnya tertulis jutaan item tentang pengobatan dan
oabt-obatan. Karena itu, ada pula yang menamakan kitabnya ini sebagai
Ensiklopedia Pengobatan.
Al-Magest
Buku ini berkaitan dengan
bidang astronomi. Diantara isinya, bantahan terhadap pandangan Euclides,
serta meragukan pandangan Aristoteles yang menyamakan bintang-bintang
tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada
dalam satu globe.
Asy-Syifa
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu
Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus
obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama
seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia
kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini
terdiri dari 18 jilid.
De Conglutineation Lagibum
Kitab ini
ditulis dalam bahasa latin, yang membahas tentang masalah penciptaan
alam. Diantaranya tentang asal nama gunung. Menurutnya, kemungkinan
gunung tercipta karena dua sebab. Pertama, menggelembungnya kulit luar
bumi lantaran goncangan hebat gempa. Dan kedua, karena proses air yang
mencari jalan untuk mengalir. Proses itu mengakibatkan munculnya
lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan
bumi. sya/dia/taq (sumber : www.republika.co.id)